BENY KAKAO PROTECTION
Selasa, 04 Maret 2014
10 Manfaat Cokelat Bagi Kesehatan
4. Anti Depresi Alami
5. Pelawan Kanker
6. Mencegah Kerusakan Gigi
7. Memperpanjang Umur dan Mengurangi Penyakit
8. Tinggi Magnesium
9. Pembersih Arteri
10. Kesehatan Otak
Pemanfaatan Limbah Kulit Kopi untuk Pakan Ternak Kambing
Cara pembuatan
pakan ternak dari kulit kopi
Bahan-Bahan
:
- kulit kopi adalah 20 kg kulit kopi kering udara
- 1 kg urea
- 14 liter air.
Peralatan
yang digunakan
- timbangan
- gelas ukur
- terpal plastik
- kantong plastik (disesuaikan dengan jumlah bahan)
- ember
- pengaduk
Cara pembuatannya
- Kulit Kopi dihamparkan pada terpal / lembaran plastik berukuran 180 x 200 cm2. Masukkan 14 liter air ke dalam ember, dan masukkan pula 1 kg urea ke dalamnya. Aduk terus sampai semua urea terlarut.
- Siramkan larutan urea ke kulit kopi secara merata, kemudian dibolak-balik sampai seluruh bagian kulit basah oleh larutan tersebut. Masukkan kulit kopi ke dalam plastik kantong (90x 100 cm) secara rangkap, kemudian dipadatkan, dan diikat erat-erat.
- Pastikan tak ada kebocoran pada kantong plastik. Setelah empat minggu, amoniasi kulit kopi sudah dapat dibuka. Amoniasi diangin-anginkan selama 1-2 hari, sampai bau menyengat amoniak hilang. Sekarang, hasil amoniasi bisa digunakan sebagai pakan sapi atau domba.
- Kulit kopi yang telah diamonasi mempunyai kandungan protein 17,88 %, kecernaan 50 % (semula 40 %), VFA 143 mM (semula 102 mM) dan NH3 12,04 mM (semula 4,8 mM).
- Struktur dinding sel kulit kopi juga menjadi lebih amorf dan tidak berdebu, sehingga lebih mudah ditangani. Dalam keadaan tertutup (plastik belum dibuka / dibongkar), bahan pakan yang diamoniasi dapat tahan lama.
- Penggunaan limbah kopi terfermentasi sebanyak 200 gram/ekor/hari (kambing)
Hasil Analisis Proksimat Limbah Kopi
No
|
Perlakuan
|
Komposisi (%)
|
||||
Protein kasar
|
Serat kasar
|
Lemak
|
Kalsium
|
Phosfor
|
||
1
|
Tanpa
fermentasi
|
6,67
|
21,40
|
1,04
|
0,21
|
0,03
|
2
|
Fermentai
dengan Aspergillus niger
|
12,43
|
11,05
|
1,05
|
0,34
|
0,07
|
3
|
Dedak
|
10,06
|
14,68
|
10,45
|
0,01
|
1,16
|
Minggu, 02 Maret 2014
KULIT KAKAO SEBAGAI PAKAN TERNAK
KULIT KAKAO SEBAGAI PAKAN TERNAK
Kulit kakao merupakan limbah pada perkebunan rakyat yang selalu berlimpah dan belum dikelola secara baik. Sebagian petani telah memanfaatkannya sebagai pakan ternak kambing. Seiring semakin meningkatnya usaha pengembangan ternak di Lampung perlu dicanangkan pemanfaatanya sebagai pakan ternak secara luas ditingkat petani, hal tersebut selain sebagai upaya antisipasi saat kekurangan sediaan pakan juga dapat meningkatkan bobot ternak (sapi Bali 358 gr/ekor/hr), menghemat tenaga kerja dalam penyediaan pakan hijauan sebesar 50% serta meningkatkan hasil dan bobot telur ayam.
Cara pemberian kulit buah kakao :Pemberian dalam bentuk segar
- Cacah kulit kakao dengan ukuran panjang 5 cm dan lebaran 2 cm
- Berikan pada ternak kambing 2 - 3 kg/ekor/hr atau 70% dari jumlah pakan
- Tambahkan pakan hijauan sebanyak 30%
Manfaat fermentasi kulit buah kakao adalah :
- Meningkatkan daya cerna
- Menekan efek buruk racun theobromine pada kulit buah kakao
- Meningkatkan nilai gizi pakan
Proses fermentasi :
Bahan
- Kulit buah kakao basah 1 ton dengan kadar air 70%
- Probiotik starbio 3 kg
- Pupuk urea 6 kg
- Terpal plastik
Proses pembuatan :
- Cacah kulit buah kakao segar dengan ukuran 2 cm
- Keringkan kulit buah kakao di atas terpal plastik dengan penyinaran matahari selama 6 jam atau sampai kadar air 60%
- Kulit buah kakao difermentasi dengan menggunakan starbio + urea sesuai takaran lalu aduk secara merata
- Masukkan dalam karung plastik besar/terpal plastik kemudian diikat
- Setelah 2 minggu hasil fermentasi dibongkar kemudian keringkan dengan cara diangin-anginkan. Setelah kering baru digiling dengan mesin penggiling tepung
- Pemberian pakan hasil fermentasi pada ternak dengan cara dicampur air ditambah konsentrat
Kulit buah kakao dapat dimanfaatkan sebagai substitusi
suplemen 5 – 15% dari ransum pada ternak domba dan pada ternak sapi dapat
meningkatkan Pertambahan Berat Badan Harian (PBBH) 0,9 kg/hari dengan diolah
terlebih dahulu. Kulit buah kakao perlu difermentasi terlebih dahulu untuk
menurunkan kadar lignin. Kulit kakao dapat diolah dengan cara dilakukan
fermentasi terlebuh dahulu maupun tanpa perlakukan fermentasi. Yang dapat
digunakan untuk proses fermentasi dapat menggunakan Aspergillus Niger. Dengan
pertimbangan tersebut maka perlu dilakukan kajian tentang pemanfaatan kulit
buah kakao sebagai bahan pakan bagi ternak.
Produk sampingan atau limbah dari buah kakao hampir
sebagain besar berupa kulit buah kakao yang mencapai 74 % dari produk utama
buah kakao. Tingginya persentase kulit buah kakao ini belum maksimal
dimanfaatkan. Salah satu alternatif dalam pemanfaatan kulit buah kakao adalah
dengan menjadikannya sebagai bahan pakan ternak baik ternak ruminansia maupun
ternak unggas. Selain kuantitas yang banyak yang mencapai 36.000 ton/tahun,
harganya relatif murah dan mudah didapat serta kandungan protein kasarnya cukup
tinggi yang mencapai 10 %. Jika difermentasi dengan Aspergillus
niger kadar proteinnya mencapai 16,60 %. Berdasarkan hasil
analisa proksimat kandungan protein kakao mencapai
22%. Berdasarkan analisa kimia, limbah kakao mengandung zat-zat makanan yang
dapat dimanfaatkan untuk pakan. Kulit
buah kakao mengandung 16,5% protein, 16,5 MJ/kg dan 9,8% lemak dan setelah
dilakukan fermentasi kandungan protein meningkat menjadi 21,9%.
Rekomendasi pemberian kulit kakao :
Sapi : pemberian 2 kg/ekor/hr + rumput alam ( bentuk segar dan fermentasi)
Kambing : 2-3 kg/ekor/hr dalam bentuk segar dan fermentasi
Ayam : 22% tepung kakao pada ransum ayam dalam bentuk tepung (fermentasi)
Sumber :BPTP Lampung
Senin, 24 Februari 2014
penanggulangan Jamur Upas pada Tanaman Karet, Kopi< Kakao dan Teh
PENANGGULANGAN
JAMUR AKAR PADA KARET, KOPI, KAKAO DAN TEH
DI PT.
PERKEBUNAN NUSANTARA XII (Persero)
Jamur Akar adalah Jamur patogen yang banyak
menyerang tanaman perkebunan diantaranya Karet, Kopi, Kakao dan Teh. Gejala
serangan Jamur Akar adalah daun terlihat pucat kuning dan selanjutnya gugur
serta ujung ranting menjadi mati.
Pada serangan berat, akar tanaman menjadi busuk
sehingga tanaman mudah tumbang dan mati. Kematian tanaman sering merambat pada
tanaman sekitarnya. Penyakit Jamur Akar sering dijumpai pada tanaman yang
kurang dirawat, terutama pada pertanaman yang bersemak, banyak tunggul atau
sisa akar tanaman dan pada tanah gembur atau berpasir.
Penyebaran :
·
Penularan jamur biasanya berlangsung melalui
kontak akar tanaman sehat ke tunggul- tunggul, sisa akar tanaman atau perakaran
tanaman sakit
·
Terbawa air hujan
·
Binatang, alat-alat pertanian
·
Benih yang membawa inokulum pada tanahnya.
Pengendalian penyakit :
·
Gali tanah di sekitar perakaran pohon terserang
·
Taburkan Trichoderma 100 - 150 g/pohon
·
Tutup hasil taburan dengan tanah
·
Jika serangan Jamur Akar sampai ke pangkal
batang, kupas kulit batang kemudian semprot dengan fungisida
·
Amati hasil pengendalian minimal 3 bulan setelah
aplikasi
·
Jika serangan berlanjut, lakukan pengendalian
dengan carayang sama
·
Potong dan bakar pohon yang sudah mati
·
Taburkan Trichoderma di sekitar tunggul yang
sudah lapuk
·
Jangan langsung lakukan penanaman bibit pala di sekitar
bekas tanaman terserang
·
Untuk memutus siklus Jamur Akar, lakukan
penanaman dengan tanaman yang bersifat antagonis terhadap Jamur Akar
·
Lakukan pemeliharaan tanaman sesuai petunjuk
budidaya anjuran
·
Lakukan monitoring secara berkala
·
Lakukan sanitasi lingkungan
·
Melakukan penanaman tumpang sari.
1. Bukan inang hama penyakit
2. Mempunyai nilai ekonomi tinggi
3. Tidak bersifat merugikan/kompetisi
4. Sesuai secara ekologi
5. Tanaman bersifat antagonis terhadap jamur akar.
1. Bukan inang hama penyakit
2. Mempunyai nilai ekonomi tinggi
3. Tidak bersifat merugikan/kompetisi
4. Sesuai secara ekologi
5. Tanaman bersifat antagonis terhadap jamur akar.
·
Tanaman tumpang sari yang dianjurkan antara lain
:
1. Kunyit
2. Jahe
3. Sari Wangi
4. Lengkuas
5. dll
(Sumber: UNDP dan BALITTRI)
1. Kunyit
2. Jahe
3. Sari Wangi
4. Lengkuas
5. dll
(Sumber: UNDP dan BALITTRI)
A. TANAMAN KARET
1.
Gejala pada tanaman karet akibat JAP (Jamur akar putih)
|
|
Gambar 1. Jamur
akar putih
- Tanaman yang terserang jamur akar putih daun-daunya terlihat kusam, permukaan daun menelungkup, layu dan gugur, adakalanya tanaman membentuk bunga/buah lebih awal.
- Terbentuk buah lebih awal pada tanaman muda yang seharusnya belum cukup waktunya berbuah dan bertajuk tipis.
- Apabila perakaran dibuka maka pada permukaan akar terdapat semacam benang-benang berwarna putih kekuningan menempel dan pipih menyerupai akar rambut yang menempel kuat dan sulit dilepas.
- Gejala lanjut akar membusuk, lunak dan berwarna coklat.
- Mati mendadak seperti tersiram air panas pada musim hujan.
- Serangan lebih lanjut akan membentuk badan buah berbentuk setengah lingkaran yang tumbuh pada pangkal batang. Badan buah berwarna pink dengan tepi berwarna kuning muda atau keputihan.
2. Penyebap terjadinya serangan Jamur akar putih.
- Lahan yang dipenuhi oleh sisa-sisa tanaman hutan atau bekas tanaman karet yang tidak dicabut dan dibakar yang menjadi sarang koloni JAP.
- Tanaman yang telah terinfeksi tidak di isolasi sehingga akar yang terkena JAP dapat kontak dengan akar tanaman karet yang sehat.
- Spora jamur yang ada di sekitar perkebunan terbawa angin dan hewan yang dapat menularkan tanaman lain.
- Areal yang memang menjadi habitat JAP.
- Klon karet yang tidak toleran terhadap JAP.
3. Faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit JAP.
Umumnya penyakit jamur akar putih Rigidoporus
lignosus berjangkit dan mengakibatkan banyak kematian pada pertanaman karet
muda yang berumur 2-4 tahun. Masalah tersebut umumnya timbul setelah suatu
kebun karet diremajakan atau suatu hutan dikonversikan menjadi kebun karet.
Timbulnya penyakit akar R. lignosus erat hubungannya dengan kebersihan
lahan. Tunggul atau sisa tebangan pohon, perdu dan semak yang tertinggal dalam
tanah merupakan substrat R. lignosus. Potensi R. lignosus sangat
ditentukan oleh banyaknya tunggul di lahan yang bersangkutan. Lama bertahan R.
lignosus dalam tanah disamping ditentukan oleh hal tersebut juga ditentukan
oleh ikut sertanya organisme renik yang melapukkan tunggul. Jamur akar putih
berkembang dengan baik pada tanah posporus hingga di daerah. Penularan penyakit
terjadi karena adanya kontak antara akar sakit dan sehat atau adanya miselium
yang tumbuh dari food base di sekitar perakaran tanaman sehat. Lama penularan
penyakit pada tanah berpasir dapat bervariasi antara 1-2 tahun.
4. Pengendalian penyakit jamur akar putih.
Pencegahan Penyakit Jamur Akar Putih pada tanaman
karet dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
- Pembongkaran atau pemusnahan tunggul akar tanaman.
- Penanaman bibit sehat. Bibit stum mata tidur yang akan dimasukkan ke polybag atau akan ditanam sebaiknya diseleksi dulu, bibit yang tertular masih dapat digunakan dengan cara mencelupkan bagian perakaran dengan larutan terusi 2%.
- Pada areal yang rawan jamur akar putih, yaitu lahan yang terdapat banyak tunggul, tanah gembur dan lembab sebaiknya tanaman ditaburi belerang sebanyak 100-200 gr/pohon selebar 100 cm, yang kemudian dibuat alur agar belerang masuk kedalam perakaran. Pemberian belerang ini diberikan setiap tahun sekali sampai dengan tanaman berumur lima tahun.
- Pemupukan yang rutin agar tanaman sehat.
Pengendalian penyakit JAP saat ini
lebih dititikberatkan pada pengendalian hama/penyakit terpadu (PHT) sejalan
dengan peraturan pemerintah tentang Integrated
Pest Management (IPM) yaitu dengan menggabungkan beberapa komponen
pengendalian seperti kultur teknis, biologis dan kimiawi sebagai berikut:
- Menanam klon yang tahan seperti BPM 107, PB 260, PB 330, AVROS 2037, PBM 109, IRR 104, PB 217, PB 340, PBM 1, PR 261, dan RRIC 100, IRR 5, IRR 39, IRR 42, IRR 112 dan IRR 118.
- Jarak tanam diatur tidak terlalu rapat.
- Akar yang masih menunjukkan gejala awal (sarang laba-laba) segera dioles dengan fungisida Bubur Bordo, Bubur Bordo dan fungisida yang mengandung unsur tembaga tidak dianjurkan pada tanaman yang telah disadap, karena dapat merusak mutu lateks.
- Pada kulit yang mulai membusuk harus dikupas sampai bagian kulit sehat.
- kemudian dioles fungisida hingga 30 cm keatas dan ke bawah dari bagian yang sakit.
Pengolesan
fungisida dilakukan dengan cara menghilangkan lapisan miselium atau rizomorpha
cendawan akar. Pada permukaan akar dikerok, kemudian diolesi dengan fungisida
(pohon yang terserang digali sampai menemukan
akar yang terserang jamur akar putih, kemudian dibiarkan terbuka selama kurang
lebih 2 minggu dan akar yang terserang di oles Bayleton dengan kosentrasi 0.2
%, ditaburi belerang dan tanah ditutup kembali)
Upaya
pencegahan dilakukan dengan cara pohon sekitar diberi Trichoderma spp dan membuat parit isolasi (mengelilingi) dengan
jarak 2 pohon dari pohon terserang (dalam parit 60 cm lebar 40 cm), kemudian
parit ditaburi belerang setelah + 2 minggu di aplikasi Trichoderma spp.
5.
Secara Kultur Teknis
Pengendalian secara kultur teknis dapat
dilakukan melalui beberapa tindakan diantaranya pengolahan tanah, seleksi
bibit, pemeliharaan tanaman dan penanaman kacangan penutup tanah.
a. Pengolahan Tanah
Pengolahan
tanah secara mekanis bertujuan untuk menghilangkan sumber infeksi,
menyingkirkan tunggul dan sisa-sisa akar tanaman sebelumnya yang dapat menjadi
sumber infeksi. Pada akar karet berdiameter 1 cm dengan panjang 4 cm cukup
untuk menjamin ketersediaan makanan R. lignosus hingga kurang lebih 4
bulan pada tanah tanpa penutup kacangan dan 3 bulan pada penutup tanah
kacangan. Oleh sebab itu disamping tunggul, akar-akar lateral perlu
dimusnahkan.
Gambar 2. Pengolahan Tanah
b. Seleksi Bibit
Seleksi bibit sebagai bahan tanam
merupakan pekerjaan penting yang harus dilakukan, namun pada kenyataannya hal
itu selalu diremehkan bahkan diabaikan, sehingga setelah satu tahun bahkan enam
bulan ditanam di lapangan banyak tanaman yang mati disebabkan oleh JAP. Hal ini
membuktikan bahwa bibit tersebut telah terinfeksi oleh JAP sebelum dipindahkan
ke lapangan. Sebagai akibatnya bukan saja biaya pemeliharaan meningkat akan
tetapi penyiapan pohon untuk penyisipan selalu menjadi kendala (tidak
tersedia).
c. Penanaman Kacangan
Penutup Tanah
Pada tahun 1960-an, perkebunan karet
dianjutkan agar bebas dari persaingan sehingga tanpa ada gulma di sekitar
tanaman. Tetapi hasil penelitian menunjukkan bahwa secara jangka panjang cara
tersebut berdampak negatif terutama terjadi erosi akibat hujan. Oleh karena itu
kebijaksanaan yang ditempuh dewasa ini adalah membangun kacangan sebagai
penutup tanah pada tanaman TBM atau lebih dianjurkan sebelum tanaman karet
ditanam. Hasil penelitian kacangan sebagai penutup tanah menunjukkan bahwa
tanaman kacangan ternyata dapat mengurangi tingkat serangan JAP. Hal ini disebabkan
penutup tanah kacangan disaping dapat mempercepat pembusukan sisa-sisa akar
juga mendorong atau meningkatkan mikroba tanah seperti Actinomycetes atau
jamur-jamur lain yang bersifat antagonis terhadap R. lignosus.
Gambar 3. Penanaman Penutup Tanah
pada TBM
Serangan jamur akar putih merupakan permasalahan yang sering
dihadapi di perkebunan karet. Untuk menekan serangan dengan cara yang alami
adalah dengan menanam tanaman sela di sekitarnya. Salahsatu tanaman sela yang
dapat membasminya adalah jahe.
Dilihat dari kenyataannya, masih banyak pekebun yang
menggunakan pestisida yang berlebihan dalam membasmi hama dan penyakit di
perkebunan karet. Padahal penggunaan pestisida yang berlebihan akan membuat
hama dan penyakit semakin berkembang pesat.
Penggunaan
tanaman sela di perkebunan karet merupakan salahsatu media pembasmi jamur akar
putih. Jahe dapat digunakan sebagai tanaman sela di perkebunan karet. Akar dari
jahe dapat menghambat penyebaran akar jamur putih dan daunnya merupakan makanan
dari ulat api.
Jamur akar putih akan menyerang pada pohon karet yang baru
berusia 2-4 tahun. Jamur akar putih ini menyerang akar pada pohon karet. Pohon
karet yang terserang jamur akar putih, permukaan akarnya akan ditumbuhi oleh
benang-benang jamur berwarna putih.
Benang-benang tersebut akan menempel pada akar pohon karet
dan sulit untuk dilepas. Jamur akar putih ini menghambat enzim yang diperlukan
bagi kulit dan kayu pohon karet, sehingga lama-kelamaan pohon karet tersebut
akan layu dan pada akhirnya mati.
Jamur akar putih ini sangat berbahaya bagi pohon karet yang
masih bagus, karena sifat dari penyakit jamur akar putih ini menular. Untuk
pohon karet yang sudah mati akibat terserang jamur akar putih harus segera
dimusnakan, karena akan menyerang dalam waktu singkat. Jamur akar putih ini
akan terus menyerang apabila benang-benang dari pohon yang mati, tidak
dibersihkan secara tuntas.
Gambar 4. Tumpang Sari dengan Tanaman
Jahe
B.
TANAMAN KOPI
Penyakit akar pada tanaman Kopi ada
dua macam yaitu; jamur akar coklat (Fomes
noxius) dan jamur akar hitam (Rosellinia
bunodes). Keduanya menular melalui kontak akar. Penyakit ini dapat terjadi
pada berbagai umur tanaman dan dapat mematikan tanaman. Gejala tanaman
terserang warna daun hijau kekuningan, kusam, layu dan menggantung. Seluruh
daun menguning kemudian layu secara serempak, akhirnya mengering di cabang.
Gejala khas jamur akar coklat,
terutama akar tunggang tertutup oleh kerak yang terdiri dari butir-butir tanah
yang melekat kuat. Diantara butir-butir tanah tampak adanya anyaman benang
jamur coklat kehitaman. kayu akar yang sakit membusuk, kering dan lunak.
Gejala khas jamur akar hitam, pada
pangkal batang dan permukaan kayu akar terdapat benang-benang cendawan yang
berwarna hitam. Kulit yang terserang menjadi busuk, pada pangkal leher akar
terbentuk callus (bakal akar).. Penyebaran dan perkembangan penyakit lebih
cepat pada tanah berpasir dan lembab.
Gambar 5. Akar Tanaman Kopi yang Terserang Jamur Akar
Pengendalian: Pengolesan
fungisida dilakukan dengan cara menghilangkan lapisan miselium atau rizomorpha
cendawan akar. Pada permukaan akar dikerok, kemudian diolesi dengan fungisida (pohon yang terserang digali sampai menemukan
akar yang terserang jamur akar putih, kemudian dibiarkan terbuka selama kurang
lebih 2 minggu dan akar yang terserang di oles Bayleton dengan kosentrasi 0.2
%, ditaburi belerang dan tanah ditutup kembali)
Upaya
pencegahan dilakukan dengan cara pohon sekitar diberi Trichoderma spp dan membuat parit isolasi (mengelilingi) dengan
jarak 2 pohon dari pohon terserang (dalam parit 60 cm lebar 40 cm), kemudian
parit ditaburi belerang setelah + 2 minggu di aplikasi Trichoderma spp.
C.
TANAMAN
KAKAO
Penyakit akar dapat menimbulkan
kerugian yang besar. Tetapi serangan penyakit akar ini biasanya hanya lokal dan
sering menyerang tanaman baru di perkebunan yang pengolahan lahan tidak
dilakukan dengan baik. Sisa-sisa akar pohon yang terkena cendawan akar menjadi
infeksi bagi tanaman Kakao.
Walaupun penyebab penyakit ini
berlainan, tetapi gejalanya hampir sama. Pada stadium permulaan terjadinya
penyakit akar ini sukar diketahui, karena serangannya pada akar dalam tanah.
Tetapi setelah banyak akar yang rusak, maka gejala sebagai akibat tidak
langsung dari penyakit ini adalah menguningnya daun yang akhirnya menjadi layu,
berwarna cokelat dan tetap menggantung pada pohon walaupun pohon tersebut sudah
mati.
Untuk membedakan penyebabnya, tanah
yang menutupi perakaran harus digali dan akar dibersihkan dari kotoran yang
menempel, sehingga dapat terlihat tanda penyebabnya. Petunjuk berikut ini dapat
digunakan untuk membedakan penyebab penyakit akar yang berlainan pada tanaman
Kakao.
1.
Penyakit Akar Putih
Pada permukaan leher akar atau pangkal batang terdapat rizomorpha tipis
berwarna putih. Penyakit akar putih disebabkan jamur Rigidoporus lignosus, jamur ini bertahan pada sisa-sisa akar dan
tanaman kayu. Penularan melalui rhizomorf yang menjadi perantara dan dapat
menjalar bebas dalam tanah. Infeksi jamur ini terutama terjadi pada kebun muda.
2.
Penyakit Akar Merah
Pada permukaan akar terdapat rizomorpha yang tipis,
yang dalam keadaan kering berwarna agak merah kebiru-biruan, tetapi jika basah
berwarna merah anggur. Pada waaktu masih muda, rizomorfa ini berwarna putih. Penyakit
akar merah disebabkan oleh jamur Ganoderma
pseudofereum. kelembaban tanah sangat berpengaruh terhadap perkembangan
jamur. Penularan terjadi dengan kontak akar sakit dengan yang sehat.
Gambar 6. Tanaman Kakao terserang
Jamur Akar
3.
Penyakit Akar Cokelat
Pada permukaan akar terdapat jaringan benang
cendawan yang bercampur dengan pasir yang liat dan lengket kuat sehingga
merupakan kerak. Kerak ini tidak akan lepas walaupun disikat dengan dibasahi
air. Pada bagian kayu dari kar terlihat adanya garis berwarna merah kecoklatan.
Penyakit
akar cokelat disebabkan oleh jamur Fomes
lamaoensis, penularan terjadi dengan kontak langsung antara akar sakit dan
sehat. Jamur menyerang akar tunggang dan selanjutnya menyerang ke akar – akar
besar. Jika seluruh permukaan akar telah ditutupi jamur ini maka aka
menyebabkan kematian pada tanaman.
4.
Penyakit Akar Hitam
Pada permukaan akar terdapat rizomorpha berwarna hitam dan pipih.
Rizomorpha ini ketika masih muda berwarna putih. Pada bagian yang hitam akan
terlihat adanya bintil kecil berwarna hitam pula. Penyakit ini disebut penyakit
cendawan akar hitam. Penyakit ini disebabkan oleh dua jenis cendawan
Ascomycetes, yaitu:
·
Rosellinia
arcuata Petch; gejalanya adalah dinding perithesianya licin dan jika dibuka
bagian dari kulit akar yang terserang terlihat adanya miselia yang berbentuk
bintang berwarna kuning.
·
Rosellinia
bumodes; gejalanya adalah dinding perithesianya mempunyai permukaan yang
kasar dan jika dibuka bagian kulit akarnya akan terlihat adanya garis-garis
pendek yang berwarna hitam.
Pada umumnya penularan
penyakit ini melalui kontak antara akar sakit dengan akar yang sehat, walaupun
ada beberapa cendawan jenis ini yang tumbuh di tanah. Penyebaran dengan spora
kemungkinan sangat kecil.
Untuk mengatasi penyakit akar ini dapat dilakukan seperti
penanggulangan Jamur Akar pada Kopi. Cara yang dapat dilakukan adalah pembuatan
parit isolasi sekitar tanaman yang terserang, pembongkaran dan pemusnahan
tanaman yang terserang, dan pengolesan dengan fungisida untuk tanaman yang
belum terserang parah. Pengolesan fungisida dilakukan dengan cara menghilangkan
lapisan miselium atau rizomorpha cendawan akar. Pada permukaan akar dikerok, kemudian
diolesi dengan fungisida (pohon
yang terserang digali sampai menemukan akar yang terserang jamur akar putih,
kemudian dibiarkan terbuka selama kurang lebih 2 minggu dan akar yang terserang
di oles Bayleton dengan kosentrasi 0.2 %, ditaburi belerang
dan tanah ditutup kembali)
Upaya
pencegahan dilakukan dengan cara pohon sekitar diberi Trichoderma spp dan membuat parit isolasi (mengelilingi) dengan
jarak 2 pohon dari pohon terserang (dalam parit 60 cm lebar 40 cm), kemudian
parit ditaburi belerang setelah + 2 minggu di aplikasi Trichoderma spp.
D.
TANAMAN TEH
1.
Akar Merah
Penyebab Penyakit : Jamur Ganoderma Philippii
Gejala serangan daun mengungin, layu, rontok, akhirnya tanaman mati. jika akar tanaman sedikit digali, pada permuakaan akar tampak benang-benang jamur berwarna merah yang meluas membentuk selaput-selaput.
Benang-benang dan selaput mempunyai permukaan yang halus dan
tidak mengikat butir-butir tanah, berwarna merah muda, jika kering berwarna
putih kotor, tetapi akan menjadi merah kembali kalu dibasahi. Pada umur lebih
tua berubah warna menjadi merah kecokelatan. Jika akar busuk, warna berubah
menjadi lembayung. Kayu pada akar yang sakit menjadi lunak dan mengeluarkan air jika sedikit ditekan
dengan jari
Daur hidup jamur berasal dari pohon-pohon tua yang terdapat sebelum lahan ditanami teh. Sebagian besar infeksi berasal dari tunggul perdu teh atau pohon pelindung yang lama. Penularan penyakit karena adanya kontak antara akar yang sakit dengna yang sehat.
Faktor yang berpengaruh;
- Kelembapan tanah yang tinggi
- Pohon pelindung yang rentan dapat membantu penularan
Pengendalian;
- Tidak menggunakan pohon pelindung yang rentan.
- Tanaman yang sakit dibongkar dan dibakar
- dibuar saluran isolasi sedalam (dalam parit 60 cm lebar 40 cm).
- pemanfaatn organisme antagonis, yaitu Thricoderma Spp.
- Peremajaan, tanaman teh tua dibongkar beserta akar akarnya
- Pembuakan leher akar dari dua baris perdu yang masih nampak sehat
2. Akar Hitam
Penyebab Penyakit : Jamur Rosellinia Arcuata
Gejala serangan daun menguning, layu, rontok akhirnya mati. Jika tanaman yang sakit dibongkar, pada permukaan akr terdapat jaringan benang-benang jamur berwarna hitam. Pada saat masih muda, warna benang-benang tersebut putih, lalu menjadi kelabu, akhirnya kelabu kehitaman.
Gambar
7. Tanaman Teh Terserang Jamur Akar
Daur hidup jamur dapat menulra melalu kontak antara akar yang sehat dengan akar yang sakit. Jamur juga dapat menular melalui rhizomorf (hifa yang memiliki bentuk dan fungsi sama dengan akar) di dalam. miselium yang berkembang diatas tanah sebagai sprofit pada sampah-sampah yang terdapat dibawah perdu-perdu teh
Faktor yang berpengaruh tanaman pelindung yang rentan, seperti lamtoro dan orok-orok memicu perkembangan penyakit. Pengendalian :
- Tidak menanam pohon pelindung yang rentan terhadap jamur
- Tanaman yang sakit dibongkar, semua akarnya diambil
- pembuatan saluran isolasi sedalam (dalam parit 60 cm lebar 40 cm)
- Peremajaan, tanaman tua di bongkar beserta akar akarnya.
Serangan hama dan penyakit jika
tidak dikelola dengan tepat maka akan mengakibatkan ketidakseimbangan
ekosistem. Selain dari itu, serangan hama dan penyakit berdampak pada
prokduktifitas dan kualitas yang ada. Diantaranya adalah menurunkan rata-rata
pertumbuhan, kualitas kayu, menurunkan daya kecambah biji dan pada dampak yang
besar akan mempengaruhi pada kenampakan fisik tanaman.
Jamur Akar menular melalui kontak akar, umumnya penyakit akar terjadi pada
pertanaman baru bekas hutan. Pembukaan lahan yang tidak sempurna, karena banyak
tunggul dan sisa-sisa akar sakit dari tanaman sebelumnya tertinggal di dalam
tanah akan menjadi sumber penyakit. Penyakit ini mempunyai gejala: daun
menguning, layu dan gugur, kemudian diikuti dengan kematian tanaman. Untuk mengetahui
penyebabnya, harus melalui pemeriksaan akar.
Pencegahan penyakit dilakukan dengan membongkar semua tunggul pada saat
persiapan lahan terutama yang terinfeksi jamur akar. Lubang bekas bongkaran
diberi 150 gr belerang dan dibiarkan minimal 6 bulan. Pada saat tanam diberi
100 gr Trichoderma sp. per lubang. Pada areal pertanaman, pohon yang
terserang berat dibongkar sampai ke akarnya dan dibakar di tempat itu juga.
Lubang bekas bongkaran dibiarkan terkena sinar matahari selama 1 tahun. Minimal
4 pohon di sekitarnya diberi Trichoderma sp. 200 gr/pohon pada awal
musim hujan dan diulang setiap 6 bulan sekali sampai tidak ditemukan gejala
penyakit akar di areal pertanaman tersebut.
Selain pencegahan diatas dapat pula dilakukan dengan membuat parit isolasi
dengan (dalam parit 60 cm lebar 40 cm).
Pembuatan
parit isolasi ini dimaksudkan untuk:
1. Mencegah
akar tanaman yang sakit bersentuhan dengan tanaman yang sehat sehingga
penyebaran penyakit akar ini dapat ditekan.
2. Parit
isolasi ini juga berfungsi sebagai jalan masuknya sinar matahari. Sehingga
kelembaban di sekitar parit dapat dikurangi dengan adanaya sinar matahari yang
sampai kekedalaman parit isolasi.
3. Parit
isolasi juga dapat sebagai saluran drainase agar areal bebas gengan air pada musim
hujan.
Tetapi parit isolasi tidak efektif
jika saat hujan turun karena air hujan menggenang dan spora spora jamur akar
akan berada digenangan dan akan lebih parah lagi jika penyerapan air digenangan
tidak secara lancar. Hal ini dapat menghanyutkan spora spora dan menjangkiti
tanaman yang sehat.
Agar parit isolasi dapat berfungsi dengan baik maka dilakukan pemeliharaan
dengan cara:
1.
Bersihkan parit dengan cangkul dari tanaman pengganggu,
parit yang runtuh diperbaiki kembali dengan cangkul.
2.
Dasar parit dibuat miring agar air dapat mengalir
dengan lancar
3.
Agar air dapat mengalir di parit perlu dilakukan
penataan parit pada tanaman yang sakit
4.
Pembuatan parit isolasi ini dimaksudkan untuk mencegah
akar tanaman yang sakit bersentuhan dengan tanaman kakao yang sehat, Parit
isolasi ini juga berfungsi sebagai jalan masuknya sinar matahari, Parit isolasi
juga dapat sebagai saluran drainase agar areal bebas gengan air pada musim
hujan
5.
Parit isolasi tidak efektif jika saat hujan turun
karena air hujan menggenang dan spora spora jamur akar akan berada digenangan
Langganan:
Postingan (Atom)